Postingan

Menampilkan postingan yang sesuai dengan penelusuran untuk hadis-pada-masa-rasul-saw-dan-metode

Hadis Pada Era Rasul Saw Dan Metode Penyampaian Hadis Pada Era Rasul Saw

Gambar
A. Hadis pada Masa Rasul Saw. Sebagai Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Saw., dibekali aneka macam keistimewaan, di antaranya yaitu mukjizat al-Qur’an serta keluhuran akhlak. Selama bertugas sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. mengajarkan nilai-nilai Islam sebagai dasar pembangunan peradaban Islam yang mulia. Selain itu, sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. yaitu sosok sentral, sosok panutan bagi umat Islam di ketika itu dan di kemudian hari. Apa yang Nabi Muhammad Saw. katakan yaitu perkataan yang bernilai yang dijalankan. Apa yang Nabi Muhammad Saw. lakukan yaitu sesuatu yang baik dan kemudian dicontoh. Dan apa yang Nabi Muhammad Saw. memutuskan yaitu ketetapan yang baik dan kemudian dipatuhi. Keluhuran sopan santun Nabi Muhammad Saw. dicatat di dalam al-Qur'an:. وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ "Dan sebetulnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam : 4). Bahkan dalam suatu hadis disebutkan bahwa sopan santun Nabi Muhammad Saw.

Sejarah Hadis Pada Abad Sobat (Khulafa Arrasyidin)

Gambar
Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, para sobat tidak sanggup lagi mendengar sabda sabdanya, tidak sanggup lagi melihat perbuatan-perbuatannya dan hal-ihwalnya secara langsung. Untuk mengenangnya dan melestarikan ajaran-ajarannya, periwayatan hadis mulai berkembang dari para sobat kepada kaum muslimin lainnya. Para sobat yang diibaratkan laksana meneguk air yang jernih yang pribadi dari sumbernya, mereka berkomitmen untuk tidak mendustakan Nabi Muhammad Saw.. Mereka ialah orang orang pilihan yang rela mengorbankan segenap harta, jiwa dan raga untuk dakwah Islam. Periode perkembangan hadis pada masa ini dikenal dengan zaman al-Tasabbut wa al-Iqlal min ar-Riwayah , yakni periode membatasi hadis dan menyedikitkan riwayat yang terjadi diperkirakan antara tahun 12-40-an H. Hal ini dilakukan lantaran para sobat pada periode ini lebih berkonsentrasi terhadap pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an. Hal ini sangat nampak dilakukan oleh para sobat besar khususnya ialah Khulafa ar Rasyidin (Abu

Sejarah Hadis Pada Abad Tabi’In

Gambar
Sama halnya menyerupai yang dilakukan oleh para sahabat, para tabi’in juga berhatihati dalam periwayatan hadis. Beban tabi’in tidak terlalu berat jikalau dibandingkan dengan beban yang dihadapi para sahabat. Pada masa ini, Al-Qur’an telah berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf , sehingga tidak lagi menghawatirkan bercampurnya periwayatan hadis. Selain itu, pada final periode masa Khulafa ar-Rasyidin , para andal hadis telah menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Ini memudahkan para tabi’in untuk mempelajari hadis-hadis dari mereka. Ini terjadi sekitar tahun 41 H sampai final masa ke-1 H. Kondisi ini juga berimplikasi terhadap penyebaran hadis ke banyak sekali wilayah Islam. Oleh sebab itu, masa ini disebut dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (‘Asr Intisyar ar- Riwayah) , yakni masa di mana hadis tidak hanya terpusat di Madinah tetapi sudah diriwayatkan di banyak sekali kawasan dengan tokoh para sahabat. Kekuasaan Islam semakin luas. Banyak sahabat atau tabi’in yang

Sejarah Hadis Masa Kodifikasi Hadis Awal Kala Ke-2 H

Gambar
Periode ini juga disebut dengan ‘Asr al-Kitabah wa at-Tadwin. Kodifikasi (tadwin) hadis dalam periode ini yaitu pembukuan secara resmi yang didasarkan pada perintah kepala negara. Kodifikasi hadis secara resmi terjadi pada penghujung era ke-1 Hijriah, ketika khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz (w. 101 H) memerintah. Keinginan mengkodifikasikan hadis ini sesungguhnya telah timbul ketika ia menjabat sebagai gubernur di Madinah (86- 93 H) pada zaman al-Walid bin Abdul Malik berkuasa. Setelah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz memerintah (99-101 H), dia menginstruksikan kepada seluruh ulama pada dikala itu untuk menghimpun hadis nabi yang tersebar di aneka macam wilayah Islam. Mandat wacana kodifikasi hadis secara resmi ini diwujudkan dalam bentuk surat perintah, yang isinya memerintahkan supaya seluruh hadis Nabi di masing-masing tempat segera dihimpun. Instruksi secara khusus disampaikan kepada Abu Bakar bin Muhammad ibn Amr ibn Hazm (gubernur Madinah, w. 117 H) supaya mengumpulkan hadis yang ada

Sejarah Tafsir Al-Qur`An Pada Kala Tabi’In Dan Kala Tadwin (Pembukuan Kitab Tafsir)

Gambar
A. Sejarah Penafsiran al-Qur`an pada masa Tabi’in. 1. Kondisi Penafsiran. Periode pertama berakhir ditandai dengan berakhirnya generasi Sahabat. Lalu dimulailah periode tafsir kedua, yaitu periode Tabi’in yang berguru eksklusif dari para Sahabat. Sumber penafsiran pada masa Tabi’in ini adalah: 1) Al-Qur`an. 2) Hadis nabi Muhammad Saw.. 3) Pendapat Sahabat. 4) Informasi Ahli Kitab yang bersumber dari kitab-kitab suci mereka (isra`iliyyat) . 5) Ijtihad. Di masa Tabi’in , kebutuhan akan tafsir jauh lebih meningkat, dikarenakan semakin luasnya kawasan kekuasaan Islam serta banyaknya orang non Arab yang berbondong bondong memeluk agama Islam. Maka, pada ketika itulah bangun madrasah-madrasah tafsir yang terkenal, dimana gurunya ialah para Sahabat dan muridnya ialah para Tabi’in . Muncullah tiga madrasah tafsir termashur di Mekah, Madinah dan di Irak. Madrasah tafsir di Mekah dipelopori bin ‘Abbas. Di antara murid-muridnya yang populer ialah Sa’id bin Jubair, Mujahid, ‘Ikrima

Perbedaan Tingkat Penerimaan Hadis Di Kalangan Sahabat Nabi Saw

Gambar
Metode Rasulullah Saw. dalam memberikan ajaran-ajaran Islam adakalanya melalui perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) , maupun ketetapan (taqrir) . Oleh hasilnya apa yang dilihat oleh ataupun disaksikan oleh para sobat baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi merupakan landasan bagi amaliyah seharihari mereka. Nabi Muhammad Saw. di mata para sahabatnya yaitu idola yang paling sempurna. Rasulullah Saw. merupakan sentral kehidupan keagamaan dan keduniawian. Pada masa Rasulullah Saw masih hidup, perhatian para sobat lebih terkonsentrasikan pada Al-Qur’an. Di antara para sobat yang cendekia menulis ditugasi dia Saw untuk menulis Al-Qur’an. Penulisan Al-Qur’an pada waktu itu masih sangat sederhana yakni ditulis di atas pelepah kurma, kulit binatang, dan batu-batuan. Sedangkan hadis pada dikala itu secara umum tidak tercatat. Namun hadis diterima dengan mengandalkan hapalan para sobat Nabi, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sobat Nabi. Para sobat mempunyai peng