Fungsi Hadis | Pengertian Bayan Nasakh Dan Rujukan Bayan Nasakh
A. Pengertian Bayan Nasakh.
Secara etimologi, nasakh mempunyai beberapa arti, di antaranya; menghapus dan menghilangkan, mengganti dan menukar, memalingkan dan merubah, menukilkan dan memindahkan sesuatu. Sedangkan dalam terminologi studi hadis, bayan nasakh ialah klarifikasi hadis yang menghapus ketentuan aturan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hadis yang tiba sesudah Al-Qur’an menghapus ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai boleh tidaknya hadis menasakh Al-Qur’an. Ulama yang membolehkanpun juga berbeda pendapat wacana kategori hadis yang boleh menasakh Al-Qur’an.
B. Contoh Bayan Nasakh.
Para ulama mengemukakan pola hadis Nabi Saw:
“Maka tidak ada wasiat bagi hebat waris.” (HR. Abu Dawud).
Hadis tersebut me-nasakh ketentuan dalam QS. Al-Baqarah :180:
“Diwajibkan atas kamu, apabila simpulan hidup hendak menjemput seseorang di antara kamu, kalau ia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang bau tanah dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. AlBaqarah : 180)
Menurut para ulama yang mendapatkan adanya nasakh hadis terhadap Al- Qur’an, hadis di atas menasakh kewajiban berwasiat kepada hebat waris, yang dalam ayat di atas dinyatakan wajib. Dengan demikian, seseorang yang akan meninggal dunia tidak wajib berwasiat untuk menawarkan harta kepada hebat warisnya, alasannya ialah hebat waris itu akan mendapatkan bab harta warisan dari yang meninggal tersebut.
Secara etimologi, nasakh mempunyai beberapa arti, di antaranya; menghapus dan menghilangkan, mengganti dan menukar, memalingkan dan merubah, menukilkan dan memindahkan sesuatu. Sedangkan dalam terminologi studi hadis, bayan nasakh ialah klarifikasi hadis yang menghapus ketentuan aturan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Hadis yang tiba sesudah Al-Qur’an menghapus ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai boleh tidaknya hadis menasakh Al-Qur’an. Ulama yang membolehkanpun juga berbeda pendapat wacana kategori hadis yang boleh menasakh Al-Qur’an.
B. Contoh Bayan Nasakh.
Para ulama mengemukakan pola hadis Nabi Saw:
فَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ
“Maka tidak ada wasiat bagi hebat waris.” (HR. Abu Dawud).
Hadis tersebut me-nasakh ketentuan dalam QS. Al-Baqarah :180:
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا ٱلْوَصِيَّةُ لِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ بِٱلْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى ٱلْمُتَّقِينَ
“Diwajibkan atas kamu, apabila simpulan hidup hendak menjemput seseorang di antara kamu, kalau ia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang bau tanah dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. AlBaqarah : 180)
Menurut para ulama yang mendapatkan adanya nasakh hadis terhadap Al- Qur’an, hadis di atas menasakh kewajiban berwasiat kepada hebat waris, yang dalam ayat di atas dinyatakan wajib. Dengan demikian, seseorang yang akan meninggal dunia tidak wajib berwasiat untuk menawarkan harta kepada hebat warisnya, alasannya ialah hebat waris itu akan mendapatkan bab harta warisan dari yang meninggal tersebut.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian bayan nasakh dan pola bayan nasakh. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Hadis Ilmu Hadis Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar